‘Protokol
pembawa acara 2 Bahasa’
Laporan:
Suliandi, S.Pd.i
Pengajar di
SMPN 1 Watangpulu
SIDRAP – Pada hari Kamis 31 Mei 2011 adalah hari
penamatan kali kedua di SMPN 1 Watanpulu yang diprakarsai oleh anggota OSIS,
guru dan tak lepas dari pantauan Kepsek Drs Sudirman demi terlaksananya hari
kebahagiaan anak siswa bersama keluarganya. Dalam acara tersebut hadir pula Kepala Bidang Pendidikan Dasar dan Menengah Dinas Pendidikan Sidrap
Mikhdar Mahmuddin beserta anggota, Polsek Lawawoi H.
Baharuddin, Camat Watangpulu mewakili, Komite Sekolah mewakili, Kepsek SMPN 1
Watangpulu serta orang tua siswa.
Acara penamatan
dan perpisahan di sekolah ini bertujuan menciptakan suasana yang lebih erat
dengan guru, anak dan orang tua didik serta pihak komite sekolah. Kepsek SMPN 1
Watang Pulu mengatakan, “ada 214 siswa peserta ujian nasional dengan mata pelajaran yang harus diikuti: Bahasa Indonesia,
Bahasa Inggris, Matematika dan IPA, semuanya telah memberikan Nampak dan sangat
memuaskan di sekolah ini, jadi ini murni kelulusan yang sangat menggembirakan.
Apalagi kita memiliki prestasi terbanyak diantara sekolah lainnya,” ujar
Kapsek.
Dari pengumuman rata-rata nilai UN murni 8,26,
Bulukumba meraih peringkat tertinggi dengan rata-rata nilai UN murni 8,75,
menyusul Sidenreng Rappang dengan 8,6. Toraja Utara memiliki nilai rata-rata UN
murni terendah di Sulsel dengan 7,33 (sumber: fajar).
Di
acara perpisahan adapula pengurus Komite Sekolah SMPN 1 Watanpulu, “saya cukup
terkesan dan bahagia sekali melihat pembawa acara berbicara 2 bahasa yaitu
bahasa Ingris dan Bahasa Indonesia, “ujarnya sambil tersenyum kepada pembawa
acara.
Camat Watang Pulu dalam sambutannya,
orang tua harus menjauhkan anaknya dari sejak dini di pendidikan dasar dalam
pergaulan bebas seperti narkoba atau porno aksi yang sering diberikan
Metrlacak, “ujarnya. Terutama nantinya jika dia besar akan menjadi generasi
penerus di keluarga tersebut. Jauhkan anak didik dari perilaku yang tidak
mendidik, bahkan orang tua harus berani di didik dari anak sendiri karena
banyak yang kurang paham jiwa anaknya sendiri berbakat tapi tidak di dorong
semangatnya. Bahkan terkesan asal sekolah saja dan tidak peduli perilaku
kesehariannya. Ada anak didik pintar tapi bodoh, anak anak didik bodoh tapi
hebat dalam bersosialisasi dan anak didik nakal karena orangtua dalam
penceraian. Ini yang menjadi dasar kenapa kita menjadi guru harus bisa
menggurui siapapun.
Kepala Bidang
Pendidikan Dasar dan Menengah Dinas Pendidikan Sidrap Mikhdar Mahmuddin, dalam sambutannya kepada hadirin. “Guru
adalah pengganti orang tua anak didik dan guru harus lebih jeli menyikapi
situasi dan kondisi bila anak didiknya dalam masalah”. Guru harus lebih
mengedepakan sikap tegas dan berwibawa agar terkesan bahwa “guru saya baik,
jujur dan pengertian maka itu saya suka guru itu”, jangan berikan contoh jelek
kepada anak didik. Contoh, kerapian dalam berpakaian, waktu yang tepat masuk
kelas, perhatian kepada anak didik tanpa pandang latarbelakangnya. Bahkan di
Kecamatan Duapitue,”ada seorang guru yang berpakaian baju batik, celana jeans
dan sepatu karet yang terkesan guru ini tidak terdidik dan kurang pemahaman
etika”, ujarnya. Jadi himbauan Mikhdar Mahmuhdin, guru yang berpengaruh dalam
kelas bukan diluar sekolah, karena guru adalah orang tua anak itu bukan orang
gila. Semua undangan tersenyum dan terkesan sambil tertawa mendengarnya.
Lebih 650an Siswa SMPN 1 Watang Pulu
terdiri dari 7 kelas satu, 7 kelas 8 dan akan bahkan masih membutuhkan kelas
lagi agar bisa menampung siswa dari sekolah lain.(*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar